Penayangan bulan lalu

Rabu, 02 Mei 2012

FUNGSI DAN JENIS KEPEMIMPINAN


Setelah mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1.          Mengetahui fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
2.          Membandingkan fungsi-fungsi pemimpin dari beberapa pakar.
3.    Mengaplikasikan konsep fungsi pemimpin ke dalam praktek kasus latihan kepemimpinan.
4.          Memahami pelbagai jenis atau tipe kepemimpinan.
5.    Menganalisis contoh atau kasus kepemimpinan berdasar analisis jenis kepemimpinan.

A.   Fungsi Kepemimpinan
Kartini kartono (1991) menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memotivasi, mengemudikan, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, melakukan supervisi yang baik dan efisien, serta membawa para pengikutnya kepada sasaran yang hendak dituju. Secara rinci 7 fungsi kepemimpinan oleh beliau dirumuskan sebagai  berikut: (1) memelihara struktur kelompok, menjalin interaksi yang lancar, dan memadukan tuga-tugas; (2) mensinkronkan ide-ide, ideologi, pikiran dan ambisi anggota dengan pola keinginan pemimpin; (3) memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia untuk berpartisipasi secara penuh; (4) memanfaatkan dan mengoptimalisasikan kemampuan, bakat dan produktifitas semua anggota untuk berkarya dan berpartisipasi; (5) menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma kelompok atau organisasi agar tercapai kohesivitas, meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan; (6) merumuskan nilai-nilai kelompok atau organisasi dan memilih tujuan-tujuan, sambil menentukan sarana dan strategi operasional pencapaian tujuan; dan (7) mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan anggota sehingga mereka puas. Juga membantu adaptasi anggota terhadap tuntutan eksternal di tengah masyarakat, dan memecahkan kesulitan yang dihadapi kelompok atau organisasi.
Yusmar Yusuf (1989) mengidentifikasi fungsi-fungsi kepemimpinan sebagai berikut: (1) pemimpin bertugas mengidentifikasi dan menganalisis tujuan-tujuan kelompok atau organisasi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan anggota. Dalam proses identifikasi harus berdasar 4W + 1H (what, why, where, who, dan how); (2) membangun strukstur kelompok/organisasi, mencakup: pembagian tugas, peraturan-peraturan, pembagian tanggung jawab, mengatur peranan, dan mengatur hubungan antar peranan; (3) mengemukakan inisiatif atau prakarsa pada anggotanya, (4) mengemukakan berbagai perbuatan yang berorientasi pada tujuan, (5) menyediakan fasilitas dan sarana komunikasi bagi seluruh anggota yang dipimpinnya, (6) memelihara kekompakkan dan selidaritas kelompok yang dipimpinnya, (7) membangkitkan gairah dan kegembiraan bekerja bagi para anggotanya, menciptakan situasi kondusif untuk melakukan aktifitas di antara masing-masing anggota; (8) memelihara moral dan kebersamaan  (syntality) di antara masing-masing anggota; dan (9) mengembangkan dan memupuk filosofi kelompok atau organisasi, misalnya: gotong-royong, sukarela, senasib sepenanggungan, prima dalam segala hal, disiplin, tertib, bersih, dan sebagainya.
Kiranya dapat dimengerti bahwa efektifitas seorang pemimpin dapat diukur apabila ia memiliki kemampuan untuk: (1) membuat orang lain merasa kuat, (2) menumbuhkan kepercayaan pada diri anggota, (3) membantu, memupuk, dan menumbuhkan hubungan kerja sama antar sesama anggota, (4) memecahkan persengketaan, (5) merangsang perkembangan cara berfikir dan bertingkah laku yang mengarah pada tujuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan dalam kelompok maupun organisasi adalah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi dan menganalisis keadaan kelompok, dan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus melakukan identifikasi dan analisis kelompok dan tujuan-tujuannya. Analisis dan identifikasi meliputi: jumlah anggota, kebutuhan, keinginan, sifat-sifat, kekuatan, kelemahan, tujuan, potensi-potensi, dan masalah-masalah yang dihadapi anggotanya.
2.    Membentuk struktur, yaitu membagi pekerjaan atau tugas pada bagian-bagian atau orang-orang tertentu. Pengaturan kegiatan dan pekerjaan tidak hanya sekedar yang terdapat dalam bagan organisasi, akan tetapi mencakup pula peranan dan batasannya, sehingga setiap anggota mengetahui tugas, dan pilihan cara mencapainya.
3.    Mengambil inisiatif atau mengambil prakarsa, dalam hal ini pemimpin bukan hanya sumber gagasan, tetapi juga menampung gagasan-gagasan yang baik, kemudian menjadi kegiatan kelompok atau organisasi. Dalam hal tidak ada orang lain yang mempunyai prakarsa, pemimpin harus berinisiatif. Pemimpin dengan demikian harus siap melakukan legitimasi kegiatan yang memang dianggap baik, walaupun inisiatif datang dari anggota.
4.    Memotivasi anggota untuk mencapai tujuan, dalam hal ini seorang pemimpin tidak boleh berhenti memotivasi  anggotanya. Pemimpin harus melakukan berbagai  usaha  ke arah pencapaian tujuan dan harus selalu berkeinginan dan berinteraksi dengan yang lain agar seluruh anggota giat beraktifitas. Gagasan baru tidak harus selalu datang dari pemimpin, akan tetapi pemimpin harus mampu mengakomodasi ide-ide dari semua anggota, sepanjang gagasan itu untuk pencapaian tujuan. Sebagai pemimpin harus selalu mengingatkan anggota, apabila arah dan sasaran kegiatannya menyimpang dari tujuan.  
5.    Memberi kemudahan dalam berkomunikasi, maksudnya bahwa dalam suatu kelompok atau organisasi perlu disediakan fasilitas komunikasi, baik dalam bentuk kesempatan maupun forum atau sarana lain, supaya anggota kelompok mengetahui gagasan-gagasan dan harapan-harapan yang dimiliki pemimpin atau sebaliknya pemimpin mengetahui harapan dari seluruh anggota, sehingga dengan diketahuinya oleh semua orang dalam kelompk maupun organisasi, maka untuk mewujudkan harapan ke arah pencapaian tujuan itu bisa dikerjakan bersama.
6.    Menggalang kekompakkan (Viscidity), yaitu mewujudka semua anggota kompak, baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan bersama. Apabila ada kesepakatan semua anggota merasa terikat dan membela apa yang telah disepakati (termasuk membela ancaman dari luar). Munculnya solideritas kelompok, biasanya berimbas pada sikap saling tolong-menolong. Selama dalam kontek positif, sikap semacam itu amat baik untuk terus dibina.
7.    Mengembangkan rasa kebahagiaan (Hedonic Tone), maksudnya adalah menciptakan rasa bahagia di antara anggota. Anggota merasa bahagia menjadi bagian dari kelompok ataupun organisasi, oleh karena itu kebahagiaan ini harus selalu ditumbuhkan dan dikembangkan oleh pemimpin agar kehidupan kelompok maupun organisasi selalu bersemangat.
8.    Syntality, maksudnya adalah kebersamaan dalam kelompok maupun organisasi, yaitu kebersamaan dalam tindakan dalam rangka mencapai tujuan.
9.    Mengimplementasikan filosofi, artinya bahwa pada umumnya organisasi maupun kelompok yang baik memiliki filosofi, ada yang tertulis maupun tidak tertulis. Filosofi ini biasanya terwujud dengan apa yang mendasari terbentuknya kelompok maupun organisasi, dalam hal ini pemimpin harus melaksanakan tindakan dan kegiatan menuju ke arah filosofi, tentunya dalam rangka dijadikan pedoman perilaku seluruh anggota untuk mempercepat tercapainya tujuan kelompok maupun organisasi.

B.   Jenis Kepemimpinan
Setiap pemimpin yang baik selalu memiliki karakter dalam memimpin, karakter ini menjadi pembeda antara pemimpin satu dengan lainnya, dan karakter ini pula sering disebut sebagai tipikal atau tipe, atau sering pula disebut dengan jenis kepemimpinan.
Terdapat beberapa jenis kepemimpinan yang telah diidentifikasi oleh pakar kepemimpinan, yaitu:
1.    Kepemimpinan Kharismatik, adalah kepemimpinan yang didasarkan oleh prestasi seseorang  di mana kebanyakan orang dalam kelompok maupun komunitas atau yang lebih luas lagi masyarakat tidak memilikinya. Dengan kemampuan yang luar biasa itulah ia selalu di muka, selalu dicontoh atau diteladani dan dikagumi. Ia memiliki daya tarik dan pembawaan luar biasa, yang mengakibatkan para pengikut taat kepadanya. Ia mempunyai pengikut yang besar jumlahnya, dan pengaruhnya tidak lekam dimakan jaman, meski Ia telah tiada, tetapi pengaruhnya masih kuat.
2.    Kepemimpinan Formal, adalah kepemimpinan yang didasarkan atas penunjukkan secara resmi, dan berdasarkan keputusan formal untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur kelompok maupun organisasi, di mana dengan status itu melekat kewenangan-kewengan tertentu. Sumber pengaruh jenis kepemimpinan ini, biasanya terletak bukan pada indifidu pemimpin itu, melainkan karena kursi atau kedudukannya.
3.    Kepemimpinan Informal, adalah kepemimpinan yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, akan tetapi ia memiliki sejumlah kualitas yang melekat dalam dirinya. Ia telah mencapai kedudukannya sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku individu maupun perilaku sosial berdasar atas pengakuan para pengikutnya.
4.    Kepemimpinan Situasional, adalah kepemimpinan yang muncul dalam situasi tetentu. Dalam situasi yang amat gawat dan rumit, tampil seorang yang berani dan mampu menolong kelompknya untuk keluar dari kemelut, kemudian menjadi berpengaruh. Pemimpin semacam ini biasanya tidak bias lama bertahan, dia akan tampak pengaruhnya ketika mampu mengatasi situasi darurat, dan akhirnya bisa  ke luar dari situasi tersebut.
5.    Kepemimpinan Tradisional, yaitu kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang, bukan karena mereka mempunyai kemampuan yang khusus seperti kepemimpinan kharismatik, akan tetapi karena mereka telah mampu mempengaruhi masyarakat.
6.    Kepemimpinan Headship, adalah jenis kepemimpinan yang diperoleh karena adanya penunjukkan dan berdasarkan keputusan secara formal.
7.    Kepemimpinan Attainment, yaitu kepemimpinan yang didasarkan pada prestasi seseorang. Kepemimpinan ini dapat berkembang menjadi kepemimpinan kharismatik. Ia memiliki daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mempuntai pengikut yang besar jumlahnya. Prestasi yang menonjol bukan hanya pada kekuatan fisik saja, melainkan juga pada kekuatan mental, baik bersifat ilmiah maupun non-ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar