Setelah
mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1.
Mengetahui
fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
2.
Membandingkan
fungsi-fungsi pemimpin dari beberapa pakar.
3. Mengaplikasikan konsep fungsi
pemimpin ke dalam praktek kasus latihan kepemimpinan.
4.
Memahami
pelbagai jenis atau tipe kepemimpinan.
5. Menganalisis contoh atau kasus
kepemimpinan berdasar analisis jenis kepemimpinan.
A.
Fungsi Kepemimpinan
Kartini
kartono (1991) menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun,
membimbing, membangun, memotivasi, mengemudikan, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik, melakukan supervisi yang baik dan efisien, serta membawa
para pengikutnya kepada sasaran yang hendak dituju. Secara rinci 7 fungsi
kepemimpinan oleh beliau dirumuskan sebagai
berikut: (1) memelihara struktur kelompok, menjalin interaksi yang
lancar, dan memadukan tuga-tugas; (2) mensinkronkan ide-ide, ideologi, pikiran
dan ambisi anggota dengan pola keinginan pemimpin; (3) memberikan rasa aman dan
status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia untuk
berpartisipasi secara penuh; (4) memanfaatkan dan mengoptimalisasikan
kemampuan, bakat dan produktifitas semua anggota untuk berkarya dan
berpartisipasi; (5) menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma
kelompok atau organisasi agar tercapai kohesivitas, meminimalisir konflik dan
perbedaan-perbedaan; (6) merumuskan nilai-nilai kelompok atau organisasi dan
memilih tujuan-tujuan, sambil menentukan sarana dan strategi operasional
pencapaian tujuan; dan (7) mampu memenuhi harapan, keinginan, dan
kebutuhan-kebutuhan anggota sehingga mereka puas. Juga membantu adaptasi
anggota terhadap tuntutan eksternal di tengah masyarakat, dan memecahkan
kesulitan yang dihadapi kelompok atau organisasi.
Yusmar
Yusuf (1989) mengidentifikasi fungsi-fungsi kepemimpinan sebagai berikut: (1)
pemimpin bertugas mengidentifikasi dan menganalisis tujuan-tujuan kelompok atau
organisasi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan anggota. Dalam proses
identifikasi harus berdasar 4W + 1H (what, why, where, who, dan how); (2)
membangun strukstur kelompok/organisasi, mencakup: pembagian tugas,
peraturan-peraturan, pembagian tanggung jawab, mengatur peranan, dan mengatur
hubungan antar peranan; (3) mengemukakan inisiatif atau prakarsa pada
anggotanya, (4) mengemukakan berbagai perbuatan yang berorientasi pada tujuan,
(5) menyediakan fasilitas dan sarana komunikasi bagi seluruh anggota yang
dipimpinnya, (6) memelihara kekompakkan dan selidaritas kelompok yang
dipimpinnya, (7) membangkitkan gairah dan kegembiraan bekerja bagi para
anggotanya, menciptakan situasi kondusif untuk melakukan aktifitas di antara
masing-masing anggota; (8) memelihara moral dan kebersamaan (syntality) di antara masing-masing anggota;
dan (9) mengembangkan dan memupuk filosofi kelompok atau organisasi, misalnya:
gotong-royong, sukarela, senasib sepenanggungan, prima dalam segala hal,
disiplin, tertib, bersih, dan sebagainya.
Kiranya
dapat dimengerti bahwa efektifitas seorang pemimpin dapat diukur apabila ia
memiliki kemampuan untuk: (1) membuat orang lain merasa kuat, (2) menumbuhkan
kepercayaan pada diri anggota, (3) membantu, memupuk, dan menumbuhkan hubungan
kerja sama antar sesama anggota, (4) memecahkan persengketaan, (5) merangsang
perkembangan cara berfikir dan bertingkah laku yang mengarah pada tujuan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan dalam
kelompok maupun organisasi adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
dan menganalisis keadaan kelompok, dan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok. Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus melakukan identifikasi dan analisis kelompok dan
tujuan-tujuannya. Analisis dan identifikasi meliputi: jumlah anggota,
kebutuhan, keinginan, sifat-sifat, kekuatan, kelemahan, tujuan,
potensi-potensi, dan masalah-masalah yang dihadapi anggotanya.
2. Membentuk
struktur,
yaitu membagi pekerjaan atau tugas pada bagian-bagian atau orang-orang
tertentu. Pengaturan kegiatan dan pekerjaan tidak hanya sekedar yang terdapat
dalam bagan organisasi, akan tetapi mencakup pula peranan dan batasannya,
sehingga setiap anggota mengetahui tugas, dan pilihan cara mencapainya.
3. Mengambil
inisiatif atau mengambil prakarsa,
dalam hal ini pemimpin bukan hanya sumber gagasan, tetapi juga menampung
gagasan-gagasan yang baik, kemudian menjadi kegiatan kelompok atau organisasi.
Dalam hal tidak ada orang lain yang mempunyai prakarsa, pemimpin harus
berinisiatif. Pemimpin dengan demikian harus siap melakukan legitimasi kegiatan
yang memang dianggap baik, walaupun inisiatif datang dari anggota.
4. Memotivasi
anggota untuk mencapai tujuan, dalam
hal ini seorang pemimpin tidak boleh berhenti memotivasi anggotanya. Pemimpin harus melakukan
berbagai usaha ke arah pencapaian tujuan dan harus selalu
berkeinginan dan berinteraksi dengan yang lain agar seluruh anggota giat
beraktifitas. Gagasan baru tidak harus selalu datang dari pemimpin, akan tetapi
pemimpin harus mampu mengakomodasi ide-ide dari semua anggota, sepanjang
gagasan itu untuk pencapaian tujuan. Sebagai pemimpin harus selalu mengingatkan
anggota, apabila arah dan sasaran kegiatannya menyimpang dari tujuan.
5. Memberi
kemudahan dalam berkomunikasi, maksudnya
bahwa dalam suatu kelompok atau organisasi perlu disediakan fasilitas
komunikasi, baik dalam bentuk kesempatan maupun forum atau sarana lain, supaya
anggota kelompok mengetahui gagasan-gagasan dan harapan-harapan yang dimiliki
pemimpin atau sebaliknya pemimpin mengetahui harapan dari seluruh anggota,
sehingga dengan diketahuinya oleh semua orang dalam kelompk maupun organisasi,
maka untuk mewujudkan harapan ke arah pencapaian tujuan itu bisa dikerjakan
bersama.
6. Menggalang
kekompakkan (Viscidity), yaitu
mewujudka semua anggota kompak, baik secara fisik maupun psikologis untuk
mencapai tujuan bersama. Apabila ada kesepakatan semua anggota merasa terikat dan
membela apa yang telah disepakati (termasuk membela ancaman dari luar).
Munculnya solideritas kelompok, biasanya berimbas pada sikap saling
tolong-menolong. Selama dalam kontek positif, sikap semacam itu amat baik untuk
terus dibina.
7. Mengembangkan
rasa kebahagiaan (Hedonic Tone), maksudnya
adalah menciptakan rasa bahagia di antara anggota. Anggota merasa bahagia
menjadi bagian dari kelompok ataupun organisasi, oleh karena itu kebahagiaan
ini harus selalu ditumbuhkan dan dikembangkan oleh pemimpin agar kehidupan
kelompok maupun organisasi selalu bersemangat.
8. Syntality,
maksudnya
adalah kebersamaan dalam kelompok maupun organisasi, yaitu kebersamaan dalam
tindakan dalam rangka mencapai tujuan.
9. Mengimplementasikan
filosofi, artinya
bahwa pada umumnya organisasi maupun kelompok yang baik memiliki filosofi, ada
yang tertulis maupun tidak tertulis. Filosofi ini biasanya terwujud dengan apa
yang mendasari terbentuknya kelompok maupun organisasi, dalam hal ini pemimpin
harus melaksanakan tindakan dan kegiatan menuju ke arah filosofi, tentunya
dalam rangka dijadikan pedoman perilaku seluruh anggota untuk mempercepat
tercapainya tujuan kelompok maupun organisasi.
B.
Jenis Kepemimpinan
Setiap
pemimpin yang baik selalu memiliki karakter dalam memimpin, karakter ini menjadi
pembeda antara pemimpin satu dengan lainnya, dan karakter ini pula sering
disebut sebagai tipikal atau tipe, atau sering pula disebut dengan jenis
kepemimpinan.
Terdapat
beberapa jenis kepemimpinan yang telah diidentifikasi oleh pakar kepemimpinan,
yaitu:
1. Kepemimpinan
Kharismatik, adalah
kepemimpinan yang didasarkan oleh prestasi seseorang di mana kebanyakan orang dalam kelompok
maupun komunitas atau yang lebih luas lagi masyarakat tidak memilikinya. Dengan
kemampuan yang luar biasa itulah ia selalu di muka, selalu dicontoh atau
diteladani dan dikagumi. Ia memiliki daya tarik dan pembawaan luar biasa, yang
mengakibatkan para pengikut taat kepadanya. Ia mempunyai pengikut yang besar
jumlahnya, dan pengaruhnya tidak lekam dimakan jaman, meski Ia telah tiada,
tetapi pengaruhnya masih kuat.
2. Kepemimpinan
Formal, adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas penunjukkan secara resmi, dan berdasarkan
keputusan formal untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur kelompok
maupun organisasi, di mana dengan status itu melekat kewenangan-kewengan
tertentu. Sumber pengaruh jenis kepemimpinan ini, biasanya terletak bukan pada
indifidu pemimpin itu, melainkan karena kursi atau kedudukannya.
3. Kepemimpinan
Informal, adalah
kepemimpinan yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, akan
tetapi ia memiliki sejumlah kualitas yang melekat dalam dirinya. Ia telah
mencapai kedudukannya sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku individu maupun perilaku sosial berdasar atas pengakuan para pengikutnya.
4. Kepemimpinan
Situasional, adalah
kepemimpinan yang muncul dalam situasi tetentu. Dalam situasi yang amat gawat
dan rumit, tampil seorang yang berani dan mampu menolong kelompknya untuk
keluar dari kemelut, kemudian menjadi berpengaruh. Pemimpin semacam ini
biasanya tidak bias lama bertahan, dia akan tampak pengaruhnya ketika mampu
mengatasi situasi darurat, dan akhirnya bisa
ke luar dari situasi tersebut.
5. Kepemimpinan
Tradisional,
yaitu kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang, bukan karena mereka mempunyai
kemampuan yang khusus seperti kepemimpinan kharismatik, akan tetapi karena
mereka telah mampu mempengaruhi masyarakat.
6. Kepemimpinan
Headship, adalah
jenis kepemimpinan yang diperoleh karena adanya penunjukkan dan berdasarkan
keputusan secara formal.
7. Kepemimpinan
Attainment, yaitu
kepemimpinan yang didasarkan pada prestasi seseorang. Kepemimpinan ini dapat
berkembang menjadi kepemimpinan kharismatik. Ia memiliki daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa, sehingga mempuntai pengikut yang besar jumlahnya.
Prestasi yang menonjol bukan hanya pada kekuatan fisik saja, melainkan juga
pada kekuatan mental, baik bersifat ilmiah maupun non-ilmiah.
Setelah
mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1.
Mengetahui
fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
2.
Membandingkan
fungsi-fungsi pemimpin dari beberapa pakar.
3. Mengaplikasikan konsep fungsi
pemimpin ke dalam praktek kasus latihan kepemimpinan.
4.
Memahami
pelbagai jenis atau tipe kepemimpinan.
5. Menganalisis contoh atau kasus
kepemimpinan berdasar analisis jenis kepemimpinan.
A.
Fungsi Kepemimpinan
Kartini
kartono (1991) menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun,
membimbing, membangun, memotivasi, mengemudikan, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik, melakukan supervisi yang baik dan efisien, serta membawa
para pengikutnya kepada sasaran yang hendak dituju. Secara rinci 7 fungsi
kepemimpinan oleh beliau dirumuskan sebagai
berikut: (1) memelihara struktur kelompok, menjalin interaksi yang
lancar, dan memadukan tuga-tugas; (2) mensinkronkan ide-ide, ideologi, pikiran
dan ambisi anggota dengan pola keinginan pemimpin; (3) memberikan rasa aman dan
status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia untuk
berpartisipasi secara penuh; (4) memanfaatkan dan mengoptimalisasikan
kemampuan, bakat dan produktifitas semua anggota untuk berkarya dan
berpartisipasi; (5) menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma
kelompok atau organisasi agar tercapai kohesivitas, meminimalisir konflik dan
perbedaan-perbedaan; (6) merumuskan nilai-nilai kelompok atau organisasi dan
memilih tujuan-tujuan, sambil menentukan sarana dan strategi operasional
pencapaian tujuan; dan (7) mampu memenuhi harapan, keinginan, dan
kebutuhan-kebutuhan anggota sehingga mereka puas. Juga membantu adaptasi
anggota terhadap tuntutan eksternal di tengah masyarakat, dan memecahkan
kesulitan yang dihadapi kelompok atau organisasi.
Yusmar
Yusuf (1989) mengidentifikasi fungsi-fungsi kepemimpinan sebagai berikut: (1)
pemimpin bertugas mengidentifikasi dan menganalisis tujuan-tujuan kelompok atau
organisasi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan anggota. Dalam proses
identifikasi harus berdasar 4W + 1H (what, why, where, who, dan how); (2)
membangun strukstur kelompok/organisasi, mencakup: pembagian tugas,
peraturan-peraturan, pembagian tanggung jawab, mengatur peranan, dan mengatur
hubungan antar peranan; (3) mengemukakan inisiatif atau prakarsa pada
anggotanya, (4) mengemukakan berbagai perbuatan yang berorientasi pada tujuan,
(5) menyediakan fasilitas dan sarana komunikasi bagi seluruh anggota yang
dipimpinnya, (6) memelihara kekompakkan dan selidaritas kelompok yang
dipimpinnya, (7) membangkitkan gairah dan kegembiraan bekerja bagi para
anggotanya, menciptakan situasi kondusif untuk melakukan aktifitas di antara
masing-masing anggota; (8) memelihara moral dan kebersamaan (syntality) di antara masing-masing anggota;
dan (9) mengembangkan dan memupuk filosofi kelompok atau organisasi, misalnya:
gotong-royong, sukarela, senasib sepenanggungan, prima dalam segala hal,
disiplin, tertib, bersih, dan sebagainya.
Kiranya
dapat dimengerti bahwa efektifitas seorang pemimpin dapat diukur apabila ia
memiliki kemampuan untuk: (1) membuat orang lain merasa kuat, (2) menumbuhkan
kepercayaan pada diri anggota, (3) membantu, memupuk, dan menumbuhkan hubungan
kerja sama antar sesama anggota, (4) memecahkan persengketaan, (5) merangsang
perkembangan cara berfikir dan bertingkah laku yang mengarah pada tujuan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan dalam
kelompok maupun organisasi adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
dan menganalisis keadaan kelompok, dan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok. Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus melakukan identifikasi dan analisis kelompok dan
tujuan-tujuannya. Analisis dan identifikasi meliputi: jumlah anggota,
kebutuhan, keinginan, sifat-sifat, kekuatan, kelemahan, tujuan,
potensi-potensi, dan masalah-masalah yang dihadapi anggotanya.
2. Membentuk
struktur,
yaitu membagi pekerjaan atau tugas pada bagian-bagian atau orang-orang
tertentu. Pengaturan kegiatan dan pekerjaan tidak hanya sekedar yang terdapat
dalam bagan organisasi, akan tetapi mencakup pula peranan dan batasannya,
sehingga setiap anggota mengetahui tugas, dan pilihan cara mencapainya.
3. Mengambil
inisiatif atau mengambil prakarsa,
dalam hal ini pemimpin bukan hanya sumber gagasan, tetapi juga menampung
gagasan-gagasan yang baik, kemudian menjadi kegiatan kelompok atau organisasi.
Dalam hal tidak ada orang lain yang mempunyai prakarsa, pemimpin harus
berinisiatif. Pemimpin dengan demikian harus siap melakukan legitimasi kegiatan
yang memang dianggap baik, walaupun inisiatif datang dari anggota.
4. Memotivasi
anggota untuk mencapai tujuan, dalam
hal ini seorang pemimpin tidak boleh berhenti memotivasi anggotanya. Pemimpin harus melakukan
berbagai usaha ke arah pencapaian tujuan dan harus selalu
berkeinginan dan berinteraksi dengan yang lain agar seluruh anggota giat
beraktifitas. Gagasan baru tidak harus selalu datang dari pemimpin, akan tetapi
pemimpin harus mampu mengakomodasi ide-ide dari semua anggota, sepanjang
gagasan itu untuk pencapaian tujuan. Sebagai pemimpin harus selalu mengingatkan
anggota, apabila arah dan sasaran kegiatannya menyimpang dari tujuan.
5. Memberi
kemudahan dalam berkomunikasi, maksudnya
bahwa dalam suatu kelompok atau organisasi perlu disediakan fasilitas
komunikasi, baik dalam bentuk kesempatan maupun forum atau sarana lain, supaya
anggota kelompok mengetahui gagasan-gagasan dan harapan-harapan yang dimiliki
pemimpin atau sebaliknya pemimpin mengetahui harapan dari seluruh anggota,
sehingga dengan diketahuinya oleh semua orang dalam kelompk maupun organisasi,
maka untuk mewujudkan harapan ke arah pencapaian tujuan itu bisa dikerjakan
bersama.
6. Menggalang
kekompakkan (Viscidity), yaitu
mewujudka semua anggota kompak, baik secara fisik maupun psikologis untuk
mencapai tujuan bersama. Apabila ada kesepakatan semua anggota merasa terikat dan
membela apa yang telah disepakati (termasuk membela ancaman dari luar).
Munculnya solideritas kelompok, biasanya berimbas pada sikap saling
tolong-menolong. Selama dalam kontek positif, sikap semacam itu amat baik untuk
terus dibina.
7. Mengembangkan
rasa kebahagiaan (Hedonic Tone), maksudnya
adalah menciptakan rasa bahagia di antara anggota. Anggota merasa bahagia
menjadi bagian dari kelompok ataupun organisasi, oleh karena itu kebahagiaan
ini harus selalu ditumbuhkan dan dikembangkan oleh pemimpin agar kehidupan
kelompok maupun organisasi selalu bersemangat.
8. Syntality,
maksudnya
adalah kebersamaan dalam kelompok maupun organisasi, yaitu kebersamaan dalam
tindakan dalam rangka mencapai tujuan.
9. Mengimplementasikan
filosofi, artinya
bahwa pada umumnya organisasi maupun kelompok yang baik memiliki filosofi, ada
yang tertulis maupun tidak tertulis. Filosofi ini biasanya terwujud dengan apa
yang mendasari terbentuknya kelompok maupun organisasi, dalam hal ini pemimpin
harus melaksanakan tindakan dan kegiatan menuju ke arah filosofi, tentunya
dalam rangka dijadikan pedoman perilaku seluruh anggota untuk mempercepat
tercapainya tujuan kelompok maupun organisasi.
B.
Jenis Kepemimpinan
Setiap
pemimpin yang baik selalu memiliki karakter dalam memimpin, karakter ini menjadi
pembeda antara pemimpin satu dengan lainnya, dan karakter ini pula sering
disebut sebagai tipikal atau tipe, atau sering pula disebut dengan jenis
kepemimpinan.
Terdapat
beberapa jenis kepemimpinan yang telah diidentifikasi oleh pakar kepemimpinan,
yaitu:
1. Kepemimpinan
Kharismatik, adalah
kepemimpinan yang didasarkan oleh prestasi seseorang di mana kebanyakan orang dalam kelompok
maupun komunitas atau yang lebih luas lagi masyarakat tidak memilikinya. Dengan
kemampuan yang luar biasa itulah ia selalu di muka, selalu dicontoh atau
diteladani dan dikagumi. Ia memiliki daya tarik dan pembawaan luar biasa, yang
mengakibatkan para pengikut taat kepadanya. Ia mempunyai pengikut yang besar
jumlahnya, dan pengaruhnya tidak lekam dimakan jaman, meski Ia telah tiada,
tetapi pengaruhnya masih kuat.
2. Kepemimpinan
Formal, adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas penunjukkan secara resmi, dan berdasarkan
keputusan formal untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur kelompok
maupun organisasi, di mana dengan status itu melekat kewenangan-kewengan
tertentu. Sumber pengaruh jenis kepemimpinan ini, biasanya terletak bukan pada
indifidu pemimpin itu, melainkan karena kursi atau kedudukannya.
3. Kepemimpinan
Informal, adalah
kepemimpinan yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, akan
tetapi ia memiliki sejumlah kualitas yang melekat dalam dirinya. Ia telah
mencapai kedudukannya sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku individu maupun perilaku sosial berdasar atas pengakuan para pengikutnya.
4. Kepemimpinan
Situasional, adalah
kepemimpinan yang muncul dalam situasi tetentu. Dalam situasi yang amat gawat
dan rumit, tampil seorang yang berani dan mampu menolong kelompknya untuk
keluar dari kemelut, kemudian menjadi berpengaruh. Pemimpin semacam ini
biasanya tidak bias lama bertahan, dia akan tampak pengaruhnya ketika mampu
mengatasi situasi darurat, dan akhirnya bisa
ke luar dari situasi tersebut.
5. Kepemimpinan
Tradisional,
yaitu kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang, bukan karena mereka mempunyai
kemampuan yang khusus seperti kepemimpinan kharismatik, akan tetapi karena
mereka telah mampu mempengaruhi masyarakat.
6. Kepemimpinan
Headship, adalah
jenis kepemimpinan yang diperoleh karena adanya penunjukkan dan berdasarkan
keputusan secara formal.
7. Kepemimpinan
Attainment, yaitu
kepemimpinan yang didasarkan pada prestasi seseorang. Kepemimpinan ini dapat
berkembang menjadi kepemimpinan kharismatik. Ia memiliki daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa, sehingga mempuntai pengikut yang besar jumlahnya.
Prestasi yang menonjol bukan hanya pada kekuatan fisik saja, melainkan juga
pada kekuatan mental, baik bersifat ilmiah maupun non-ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar