A.
GAYA
KEPEMIMPINAN DEMOKRAIS dan PARTISIPATIF
Kepemimpinan
demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah
kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p.
61).
Menurut
Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin
yang cenderung mengikutsertakan Anggota dalam pengambilan keputusan,
mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi anggota dalam menentukan
bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik
sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999)
menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang
menghargai kemampuan anggota untuk
mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis,
mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator
bagi karyawan dalam bekerja (p.203).
Gaya
kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam
pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang
tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena
posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan
saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Dalam
aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung
berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan
dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan
serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota
kelompok.
Selain
itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan terhadap
persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru.
Melalui gaya ini, pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong
untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama.
Bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai,
kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi yang ada. Bawahan didorong untuk
melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk
mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran
yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk
mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.
Pemimpin
gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap anak buah yang
sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia bisa memahami dan
peka terhadap masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin
dari persepsi anak buah yang merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya
sebagai individu. Setiap anak buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa
mendapat perhatian khusus. Perhatian individual dapat berupa aktivitas
pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses pemberian feedback yang
berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan individual sang
anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha dan
bekerja semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu
terkait langsung dengan kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki
respek terhadap atasan yang kompeten dibandingkan atasan yang lebih
mengedepankan aspek struktur.
Adapun
ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis / partisipatif menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
a)
Sukanto, 1987, pp. 196-198) :
1.
Semua
kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2.
Kegiatan-kegiatan
didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3.
Para
anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas
ditentukan oleh kelompok.
b) Handoko
dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304) :
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan
dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded
dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar